Posted by Abu Amirah As-Salimbari
Pilu rasanya apabila melihat ahli-ahli saling meremeh, merendahkan, menyindir dan menempelak antara satu sama lain atas isu-isu yang mereka sendiri pun tidak beberapa jelas.... Lebih menyedihkan apabila ada ahli dan kepimpinan bawahan turut terjebak dalam memperlekeh, merendah dan meremehkan kepimpinan atasan jamaah atas isu-isu yang mereka sebenarnya juga tidak berapa jelas dan pasti hakikatnya!
Marilah kita kembali kepada akhlak Islam dalam menanganinya dengan meletakkan – kelapangan hati, kerendahan jiwa, kemaafan, husnuz zon (sangka baik), kasih sayang, thiqah, kepercayaan dan tuntutan ukhuwwah – sebagai asas terpenting mendahului segala-galanya.. Firman Allah s.w.t. di dalam surah An-Nur ayat 11-16, mafhumnya :
“Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari segolongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siapa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. [11]
Mengapakah di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak berprasangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: Ini adalah suatu berita bohong yang nyata?! [12]
Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu?! Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta. [13]
Sekiranya tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. [14]
(Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal dia pada sisi Allah adalah besar. [15]
Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu : Sekali-kali tidaklah sepatutnya bagi kita memperkatakan hal seperti ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang amat besar.”[16]
Secara ringkasnya, beberapa panduan Rabbani dapat kita rujuk dari peristiwa Ifk (peristiwa fitnah ke atas Aisyah r.a., isteri Nabi s.a.w. dengan seorang sahabat) tersebut :
1. Tidak Mencari-Cari Keburukan & Menyebarkan Isu
Ada di antara ahli jamaah dan kepimpinan kadang-kadang ditimpa bencana memiliki hati yang berpenyakit. Mereka ini amat suka mendengar, memberi perhatian dan mencari-cari keburukan-keburukan sesama anggota.
Seronok kerana kononnya memiliki banyak rahsia buruk ahli jamaah maupun pimpinan dan merasa bangga apabila boleh menceritakannya kepada orang lain. Merasa diri hebat sebab boleh bercerita tentang keburukan pimpinan itu, kelemahan pimpinan ini, kesilapan ahli itu, kejahatan ahli ini dan sebagainya. Lebih seronok lagi jika ceritanya itu mendapat sambutan dan bilangan pelawat blog-nya semakin meningkat.
2. Berprasangka Baik dan Berusaha Melihat Sisi Positif
Salah satu sikap yang mesti dimiliki oleh anggota jamaah dalam hubungannya sesama ahli atau kepimpinan ialah sikap ber-husnuzon (berprasangka baik) kepada saudara kita sesama mu’min – siapa pun dia dan dari kelompok apapun mereka - sepanjang ia atau mereka dikenal keikhlasannya dan perjuangannya untuk Islam dan meninggikan kalimatulLah. Lihatlah kesilapan dan kelemahan yang berlaku dari sisi yang positif agar dapat memelihara hati kita dari kotor dan prasangka.
Kemungkinan pimpinan tersebut tersilap, tapi mungkin dalam situasi tersebut hanya itulah pilihan yang terbaik yang ada menurut pendapatnya. Kita berusaha semampu mungkin bersangka baik bahawa tindakan-tindakan tidak popular yang diambil oleh sesetengah pimpinan kita tersebut datangnya dari jiwa mereka yang ikhlas dan cinta kepada perjuangan. Cuma, tindakan tersebut mungkin bukanlah yang terbaik. Apakah berbaloi kita mencemuh kesilapan tersebut sampai berlebihan meremehkan keikhlasan dan kecintaan mereka terhadap perjungan???
3. Berlapang Dada Terhadap Kesilapan & Bersikap Pemaaf
Mana-mana ahli atau kepimpinan jamaah adalah kumpulan manusia yang pasti tidak terkecuali dari tersilap atau melakukan kesilapan. Setiap ijtihad, pandangan dan pendekatan strategic, tetap terdedah kepada kesilapan sebagaimana perkataan Imam Asy-Syafi’i rahimahulLah ;
“Ra’yi shawaab walakin yahtamilul khatha’ wa ra’yu ghairi khatha’ walakin yahtamilush shawaab
(pendapatku benar tapi mungkin saja salah, dan pendapat selainku adalah salah tapi mungkin saja benar).
Kepimpinan peringkat mana pun mereka tetap terdedah kepada kesilapan. Walaubagaimana pun, air yang banyak melimpah lebih dari dua kolah tidak terjejas dengan sedikit najis yang jatuh ke dalamnya. Kesilapan kecil yang dilakukan oleh kepimpinan tersebut tidaklah sepatutnya menjejaskan segala jasa baktinya, sumbangan tenaga dan pengorbanan yang melimpah ruah, kesetiaan dan segala kelebihan yang dimiliki yang melayakkan dia duduk di level tersebut…
4. Jangan Memandang Remeh Budaya Penyebaran Isu Liar
Menganggap sinis dan membiarkan isu-isu liar tersebar di kalangan anggota jamaah hanya akan melukakan ukhuwwah islamiyyah, mencarik rasa hormat sesama sendiri, menebalkan sikap kepuakan, memecah belahkan saff perjungan dan boleh melemahkan organisasi jamaah. Jamaah yang lemah ini akan semakin hilang upayanya untuk menanggung beban perjuangan yang berat dan semakin mencabar!
Bayangkan saudara.. dalam kesibukan kita dengan sepak terajang politik bersama segala seninya, rancak bermuqabalah untuk mengajak orang lain bersama kita, bercita-cita mengambil alih kuasa... isu-isu yang cukup mendasar sepenting UKHUWWAH ini pun masih banyak yang belum selesai... mampukah bangunan jamaah ini menanggung beban yang semakin bertambah, kalau bata-batanya binaannya masih tidak diikat dengan kuat dan tersusun kukuh
No comments:
Post a Comment